CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 27 Maret 2009

football



Tim nasional sepak bola Indonesia


Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia, meski merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar, tidak termasuk jajaran tim-tim terkuat di AFC.

Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger). Prestasi tertinggi Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2005. Di ajang SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih tahun 1991.

Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun 2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Dalam kualifikasi ke Piala Dunia 2010, Indonesia tidak mampu lolos ke fase ketiga kualifikasi Piala Dunia 2010 setelah takluk di tangan Suriah dengan agregat 1-11. Tim nasional Indonesia U-23 pun juga mengalami kegagalan di SEA Games ke-24 di Thailand; setelah takluk dari Thailand di pertandingan babak penyisihan grup yang terakhir.

Indonesia
Lambang asosiasi
Julukan Merah Putih
Asosiasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia
Konfederasi AFC (Asia)
Pelatih Benny Dollo
Kapten Charis Yulianto
Penampilan terbanyak Bambang Pamungkas (87)
Pencetak gol terbanyak Bambang Pamungkas (34)
Stadion kandang Stadion Utama Gelora Bung Karno
Kode FIFA IDN
Peringkat FIFA 137
Peringkat FIFA tertinggi 76 (September 1998)
Peringkat FIFA terendah 153 (Desember 2006)

Team colours Team colours Team colours
Team colours
Team colours
 
Kostum kandang
Team colours Team colours Team colours
Team colours
Team colours
 
Kostum tandang

wisata pantai

Pantai Pasir Panjang Singkawang

Kota Singkawang dikenal sebagai Kota Amoy dan China Town-nya Indonesia, karena mayoritas penduduknya (sekitar 70%) merupakan etnis Tionghoa. Mengunjungi kota yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia ini, tentu belum lengkap bila belum mengunjungi Pantai Pasir Panjang.
Pantai yang menjadi ikon pariwisata Kota Singkawang dan salah satu objek wisata andalan Provinsi Kalimantan Barat ini telah dikembangkan menjadi sebuah paket wisata terpadu bernama Taman Pasir Panjang Indah (TPPI). Dinamakan dengan Pantai Pasir Panjang karena pantainya membentang panjang melengkungi laut lepas.

Keistimewaan


Dari bibir pantai, pengunjung dapat menikmati panorama laut biru berlatar kaki langit yang juga biru. Samar-samar di kejauhan membias hijau Pulau Lemukutan, Pulau Kabung, dan Pulau Randayan yang dipagari perairan Laut Natuna. Hamparan pasir pantainya yang luas dan bersih menjadikan kawasan ini nyaman digunakan untuk berjemur atau melakukan aktivitas olahraga, seperti voli pantai dan sepakbola pantai.

Air lautnya yang jernih dan bersih sangat mendukung aktivitas pengunjung yang ingin berenang atau menyelam. Selain itu, ombaknya relatif besar dan menjadi rumah bagi banyak ikan, sehingga tepat sekali digunakan sebagai arena berselancar dan area memancing.

Suasana kawasan ini kian eksklusif menjelang detik-detik terbenamnya matahari (sunset) di balik pulau-pulau yang terdapat di sekitar kawasan pantai ini. Pengunjung dapat menikmatinya dari pinggir pantai atau dari pondok-pondok wisata yang banyak terdapat di kawasan tersebut.

Bila bosan di pantai, pengunjung dapat melihat-lihat kehidupan masyarakat kampung nelayan yang tidak terlalu jauh dari lokasi pantai, atau bersantai di shelter-shelter yang terdapat di Semenanjung Cinta.

Lokasi

Pantai Pasir Panjang terletak di Kecamatan Tujuh Belas, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.

Akses

Kota Singkawang berjarak sekitar 142 kilometer dari Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Dari Bandara Supadio atau Terminal Bus Pontianak, pengunjung dapat naik taksi, travel, atau bus sampai Kota Singkawang. Dari pusat Kota Singkawang, Pantai Pasir Panjang berjarak sekitar 17 kilometer lagi. Pengunjung dapat mengaksesnya dengan menggunakan taksi, bus, atau minibus.

Harga Tiket

Pengunjung dipungut biaya sebesar Rp 5.000,- per orang.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di kawasan Pantai Pasir Panjang terdapat pusat informasi pariwisata, diskotik, persewaan speed boat, sepeda air, darmoling, gokart, shelter-shelter, pondok wisata, dan toko suvenir. Pengunjung yang tidak terbiasa berenang di pantai dapat berenang di kolam renang yang tersedia, sedangkan yang tidak suka berenang atau pun berjemur dapat mengelilingi pantai dengan naik banana boat. Pengunjung yang membawa anak-anaknya tetap bisa bersenang-senang karena di kawasan ini tersedia arena bermain anak-anak.

Pengunjung tidak bakalan kesulitan mencari makanan karena di kawasan ini terdapat restoran, kafe, warung makan, dan pedagang asongan. Begitu juga yang ingin menginap, tidak perlu repot membawa tenda atau sleeping bag karena di kawasan ini tersedia wisma dan hotel dengan berbagai tipe.

Jumat, 20 Februari 2009

activity school

Pensi SMANTI
Pensi smanti yang dilaksanakan pada tanggal 21 dan 22 Januari lalu berlangsung sukses sesuai yang diharapkan. Walaupun ada sedikit kekurangan tapi bisa ditutupi dengan semangat anak - anak smanti. Banyak sekali perlombaan - perlombaan yang dipertandingkan seperti dekorasi kelas band, tari dan modelling. anak - anak XII IPA 2 juga turut memeriahkan pensi ini dengan mengikuti perlombaan - perlombaan tersebut. Kekompakkan mereka membuahkan hasil yang memuaskan dengan memenangkan perlombaan tersebut seperti pada tari dan modelling kita mendapatkan juara satu dan band mendapatkan juara 3. Walaupun dekorasi kelas ndak dapat tapi mereka tetep bangga karena yang penting udah berusaha. Buat anak - anak XII IPA 2 tetap semangat yach...

Rabu, 18 Februari 2009

chemist

Theory John Dalton

Five main points of Dalton's Atomic Theory :

  • Elements are made of tiny particles called atoms.
  • All atoms of a given element are identical.
  • The atoms of a given element are different from those of any other element; the atoms of different elements can be distinguished from one another by their respective relative weights.
  • Atoms of one element can combine with atoms of other elements to form chemical compounds; a given compound always has the same relative numbers of types of atoms.
  • Atoms cannot be created, divided into smaller particles, nor destroyed in the chemical process; a chemical reaction simply changes the way atoms are grouped together.

Dalton proposed an additional "rule of greatest simplicity" that created controversy, since it could not be independently confirmed.

When atoms combine in only one ratio, "..it must be presumed to be a binary one, unless some cause appear to the contrary".

This was merely an assumption, derived from faith in the simplicity of nature. No evidence was then available to scientists to deduce how many atoms of each element combine to form compound molecules. But this or some other such rule was absolutely necessary to any incipient theory, since one needed an assumed molecular formula in order to calculate relative atomic weights. In any case, Dalton's "rule of greatest simplicity" caused him to assume that the formula for water was OH and ammonia was NH, quite different from our modern understanding.

Despite the uncertainty at the heart of Dalton's atomic theory, the principles of the theory survived. To be sure, the conviction that atoms cannot be subdivided, created, or destroyed into smaller particles when they are combined, separated, or rearranged in chemical reactions is inconsistent with the existence of nuclear fusion and nuclear fission, but such processes are nuclear reactions and not chemical reactions. In addition, the idea that all atoms of a given element are identical in their physical and chemical properties is not precisely true, as we now know that different isotopes of an element have slightly varying weights. However, Dalton had created a theory of immense power and importance. Indeed, Dalton's innovation was fully as important for the future of the science as Antoine Laurent Lavoisier's oxygen-based chemistry had been.

Rabu, 11 Februari 2009

histoirè planètes


Planètes du système solaire

Il existe huit planètes dans le système solaire, dénommées en occident par un nom traditionnel issu de la mythologie romaine, auquel est, bien plus rarement, associé à un symbole astrologique. Dans l'ordre par éloignement croissant avec le Soleil, ce sont :

  1. Mercure (symbole )
  2. Vénus ()
  3. Terre (/)
  4. Mars ()
  5. Jupiter ()
  6. Saturne ()
  7. Uranus ()
  8. Neptune ()

Avant l'exclusion de Pluton comme neuvième planète du système solaire, on pouvait se souvenir de l'ordre des planètes grâce aux célèbres phrases mnémoniques suivantes : « Salut ma vieille Terre ! Moi, je suis une nouvelle planète », « Me voici toute mignonne : je suis une nouvelle planète », « Mon vieux théâtre me joue souvent une nouvelle pièce » ou « Mon vieux tu m'as jeté sur une nouvelle planète » , « Monsieur, vous travaillez mal ! Je suis un novice, pardi ! », dont les initiales suivent l'ordre des astres du système solaire (du Soleil à Pluton pour la première, de Mercure à Pluton pour les suivantes).

Dans les années 2000, la découverte de plusieurs objets semblables à Pluton, entre autres (136199) Éris, a soulevé la question de la définition du terme « planète ». Certains ne voulaient plus considérer Pluton comme une planète, d'autres voulaient étendre cette qualité aux plus gros objets transneptuniens appartenant à la ceinture d'astéroïdes extérieurs. L'Union astronomique internationale a tranché le 24 août 2006 : suite à l'élaboration d'une nouvelle définition, Pluton est une planète naine et le système solaire ne compte plus que 8 planètes.


Caractéristiques de planètes

Nom Diamètre
équatorial[a]
Masse[a] Rayon de l'orbite
(UA)
Période de rotation
(années)
Inclinaison
sur le plan équatorial du Soleil
(°)
Excentricité
de l'orbite
Période de rotation
(jours)
Satellites[c] Anneaux Atmosphère
Planètes internes Mercure 0.382 0.06 0.39 0.24 3.38 0.206 58.64 non négligeable
Vénus 0.949 0.82 0.72 0.62 3.86 0.007 243.02 non CO2, N2
Terre[b] 1.00 1.00 1.00 1.00 7.25 0.017 1.00 1 non N2, O2
Mars 0.532 0.11 1.52 1.88 5.65 0.093 1.03 2 non CO2, N2
Géantes gazeuses Jupiter 11.209 317.8 5.20 11.86 6.09 0.048 0.41 49 oui H2, He
Saturne 9.449 95.2 9.54 29.46 5.51 0.054 0.43 52 oui H2, He
Uranus 4.007 14.6 19.22 84.01 6.48 0.047 -0.72 27 oui H2, He
Neptune 3.883 17.2 30.06 164.8 6.43 0.009 0.67 13 oui H2, He
a par rapport à la Terre.
b Voir dans l'article Terre les valeurs absolues.
c Seuls les satellites naturels ayant reçu un nom sont pris en compte.

Le 15 mars 2004, la NASA annonça la découverte de (90377) Sedna, qu'elle a appelée « 10e planète », au-delà de l'orbite de Pluton. Après revue de son statut il fut décidé qu'il ne s'agissait pas d'une planète. Le 30 juillet 2005, c'est l'astronome Michael E. Brown et son équipe du Caltech qui annoncèrent par la voie de l'UAI la découverte d'une « 10e planète », mesurant cette fois une fois et demie le diamètre de Pluton : 2003 UB313 qui deviendra (136199) Éris.

Sabtu, 10 Januari 2009

sejarah islam



SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).

wisata pantai



Pantai Kuta
Kuta mulai dikenal ketika para pedagang dari Denmark membuka kantor perwakilan dagang disini. Hubungan dagang yang terjalin antara perwakilan dagang tersebut dengan penduduk pribumi asli kemudian berkembang dengan sangat pesat.
Baru mulai pada tahun 1930 sepasang suami istri asal California Amerika sangat terkesan dengan keindahan pantai Kuta yang waktu itu sama sekali belum terjamah campur tangan manusia, alias masih alami. Kuta Beach Hotel adalah hotel pertama yang berdiri di kawasan ini, namun sayang harus ditutup karena tentara Jepang menyerbu pulau Bali pada waktu itu. Pada tahun 1960 ketika banyak turis Australia yang harus singgah di Bali untuk perjalanan ke Eropa, Kuta mulai semakin dikenal kembali. Dalam perkembangannya, area Kuta semakin menarik kunjungan para wisatawan tidak hanya dari Australia, namun juga dari berbagai belahan dunia yang lain.
Dengan cepat berdirilah berbagai hotel di sepanjang kawasan pantai Kuta. Biasanya hotel-hotel dikawasan ini bertaraf internasional atau setidaknya sebuah grup hotel internasional. Berawal dari awal ujung pantai Kuta terdapat Inna Kuta B each Hotel, Hard Rock Hotel, Mercure Hotel, dll. Juga berdiri sebuah penginapan yang sangat nyaman bergaya butik resort yaitu Alam KulKul Boutique and Resort.
Waktu paling ramai di kawansan pantai Kuta adalah di sore hari atau sewaktu matahari terbenam (sunset). Semua turis apakan mancanegara ataupun lokal berkumpul menjadi satu disini. Apalagi ada momen-momen khusus di dalam negeri seperti liburan sekolah, liburan Lebaran Idul Fitri atau liburan tahun baru, bisa dipastikan keramaian itu semakin menjadi.
Di pantai Kuta pengunjung bisa melakukan selancar atau surfing, bermain sepakbola, bermain layang-layang, sekedar rebahan di pasir pantainya yang hangat, atau cuci mata menyaksikan para turis bule berjemur. Apabila tertarik dengan layanan kuncir rambut atau pembuatan tato sementara, itu juga bisa didapat di pantai ini.